Travelling Bukan Hanya Sekedar Jalan-jalan
Selain study, fashion, kuliner, dan hang out, saat ini saya mulai mengenal travelling. Memang sih masih amatir, masih melancong di tempat terdekat saja, itu pun hanya di sela-sela waktu berlibur saja. Tapi, nyatanya kita memang butuh dan harus berbuat baik kepada diri sendiri dengan cara memanjakan diri dengan alam, menikmati udara sejuk dan bercengkrama dengan alam. Berawal dari bumming-nya tempat-tempat berbau alam di media sosial seperti Instagram, saya cukup up to date untuk mengikutinya.
Saya senang bermain dengan alam, dibandingkan dengan bersuka ria di tempat keramaian. “Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik selama perjalanan.” Pendapat tersebut bisa saja menjadi sebuah kebenaran. Perjalanan bukanlah sekadar perjalanan. Ada sederetan pengalaman dalam kaki yang melangkah. Meski tidak terjadi dalam sekejap, perjalanan mengubah cara saya melihat sesuatu. Kita hidup dengan rutinitas dan gaya hidup tertentu. Ketika pergi, mata dan pikiran melihat sesuatu yang lain. Kita ikut merasakan cara orang lain dalam menjalankan hidup. Hal itu yang sering saya lihat dalam perjalanan yang saya lalui.
Tempat tujuan memang penting. Tapi yang tak kalah penting adalah dengan siapa kita pergi. Keluarga, sahabat, teman, pacar, rombongan ataupun sendiri menjadi
Saya senang bermain dengan alam, dibandingkan dengan bersuka ria di tempat keramaian. “Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik selama perjalanan.” Pendapat tersebut bisa saja menjadi sebuah kebenaran. Perjalanan bukanlah sekadar perjalanan. Ada sederetan pengalaman dalam kaki yang melangkah. Meski tidak terjadi dalam sekejap, perjalanan mengubah cara saya melihat sesuatu. Kita hidup dengan rutinitas dan gaya hidup tertentu. Ketika pergi, mata dan pikiran melihat sesuatu yang lain. Kita ikut merasakan cara orang lain dalam menjalankan hidup. Hal itu yang sering saya lihat dalam perjalanan yang saya lalui.
Tempat tujuan memang penting. Tapi yang tak kalah penting adalah dengan siapa kita pergi. Keluarga, sahabat, teman, pacar, rombongan ataupun sendiri menjadi
Seiring dengan berkembangnya gaya hidup, kini traveling telah beralih menjadi sebuah trend, istilahnya pun telah bergeser semakin meluas, tergantung bagaimana sudut pandang kita terhadap frasa ini. “Traveling secara irit” begitulah pengertian yang akhir-akhir ini saya tangkap dari berbagai pembicaraan. Tapi, apakah benar backpacking maupun travelling hanyalah sekedar menjinjing ransel dan perjalanan irit semata? Bagaimana dengan kesan dan kebanggaan yang didapat setelah melakukan perjalanan ke suatu destinasi? Saya yakin para pejalan sudah cukup cerdas untuk menangkap apa esensi dari sebuah perjalanan.
Mungkin kita tidak atau belum menyadari bahwa perjalanan yang kita lakukan hampir sama saja dengan kuliah yang kita peroleh di bangku universitas, ataupun dengan pembelajaran di sekolah menengah. Bedanya, pelajaran hiduplah yang akan kita peroleh, bukan teori kalkulus, statistika, metode penelitian, microteaching, logaritma, sejarah, atau yang lainnya.
Dikutip dari phinemo.com. Paling tidak banyak hal yang bisa diceritakan tentang apa yang kita tahu tentang apa yang tidak mereka tahu.
1. Kita Lebih Mengerti Karena Pernah Merasakannya Sendiri
Berbagai media berkoar-koar menggambarkan konflik perbatasan negara Indonesia dengan Malaysia, jika kita tidak menjamah tempat itu, kita tidak akan tahu betapa indahnya suasana di sana hingga memungkinkan untuk dijadikan sebagai potensi wisata. Kita tidak akan mengerti betapa tingginya mimpi dan cita-cita pemuda di Suku Mandar untuk bisa menjadi seorang pessandeq dengan prestasi internasional.
“Inilah esensi yang dirasakan apabila kita turut serta menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat, empati lah yang kami dapatkan lebih dari hanya sekedar menikmati keindahan suatu tempat lewat program televisi tentang traveling”
2. Keluar dari Zona Nyaman untuk Menjadi Pribadi yang Berbeda
Minggu pagi sambil menikmati secangkir kopi panas, ditemani kudapan, bersantai di sofa lembut dengan tayangan traveling dan kuliner di televisi, mungkin me time seperti itulah dambaan orang-orang yang terlilit rutinitas super sibuk sehari-hari. Berbanggalah kamu yang memilih bertualang di sela-sela kesibukan tugas kuliah, karena kamu berusaha keluar dari zona nyamanmu.
Ketika kamu memutuskan untuk mengangkat ransel dan pergi ke suatu tempat, tak ada sofa lembut dan televisi yang memanjakanmu dan lebih memilih berinteraksi dengan mastyarakat dari beragam suku, maka selamat! Kamu sedang belajar proses bermasyarakat.
Kamu akan lebih kritis memandang berbagai realita yang berkembang di masyarakat, pemikiranmu akan berubah menjadi lebih liar menanggapi kehidupan.
“Percayalah, keluar dari atap rumah akan mengubah dirimu menjadi seseorang yang berbeda, lebih baik tentunya”
3. Kamu Telah Menjadi Seekor Kecoa
Perlu pikiran yang positif untuk melihat sisi kelebihan dari hewan yang banyak dibenci oleh sebagian besar orang ini. Jika kamu telah melakukan perjalanan ke beberapa tempat dengan iklim masyarakat berbeda, maka kamu akan sadar bahwa kamu adalah survival yang dapat bertahan di segala keadaan.
“Kamu juga akan paham kalau kehidupan tidak seramah yang kamu bayangkan. Sekarang tinggal kamu kaitkan saja dengan kecoa, maka kamu akan tahu kenapa traveler bisa survive seperti kecoa”
4. Pengorbanan Menjadi Pilihan Untuk Mendapatkan Sesuatu yang Lebih
Banyak pilihan destinasi yang bisa dituju olehmu, tinggal memilih perjalanan dan tempat seperti apa yang menjadi idamanmu. Mencoba berbagai jenis perjalanan, itulah traveling yang sebenarnya bagi saya. Sadar hanya seorang mahasiswa, sayapun memilih berkorban mengurangi uang jajan harian demi menabung untuk liburan di Lombok.
Di kala teman-teman lain makan siang di restoran junkfood ternama di Indonesia, maka saya lebih memilih makan di sebuah warung sederhana atau memasak Itulah salah satu pengorbanan kecil yang dilakukan untuk mendapatkan pengalaman luar biasa.
“Apabila kamu pernah merasakan berkorban seperti ini, kamu bisa berbangga karena kamu termasuk golongan orang yang memiliki tujuan minimal untuk passionmu”
5. Kepribadianmu Jauh dari Kata “Asosial”
Suka bergaul dan bercengkrama dengan orang-orang baru di perjalanan maupun penduduk lokal sudah menjadi cap yang melekat dalam diri pejalan. Kamu tidak pernah merasa kesepian walaupun sedang menjajal menjadi seorang solo traveler.
“Kamu tidak pernah merasa kesepian, selalu ada kesempatan berbincang dengan sesama traveler di bangku kereta api, entah berbagi cerita maupun berbagi tips untuk tujuan destinasi”
Lewat keadaan kamu akan dipaksa untuk bersosialisasi dengan orang di sekelilingmu karena beradaptasi di lingkungan baru bukanlah menjadi pilihan, tapi keharusan. Keadaan seperti itulah yang mambentukmu sebagai orang yang anti-asosial.
Komentar
Posting Komentar